TelisikNusantara.com – Teknologi deepfake yang berbasis kecerdasan buatan (AI) semakin mengancam keamanan dunia maya dengan memproduksi konten video dan audio palsu yang tampak sangat mirip dengan individu nyata. Modus kejahatan ini sering disalahgunakan dalam penipuan finansial, politik, serta kampanye disinformasi yang berdampak serius, seperti merusak reputasi dan menciptakan narasi palsu.
Steven Scheurmann, Regional Vice President ASEAN di Palo Alto Networks, menekankan bahwa deepfake telah menjadi ancaman utama di Indonesia, terutama menjelang pilkada serentak 2024. Teknologi ini memungkinkan penyebaran informasi palsu dengan cepat, berpotensi mengubah persepsi publik dan mempengaruhi opini pemilih.
Penipuan berbasis deepfake tidak hanya muncul di ranah politik, tetapi juga melibatkan tokoh publik seperti CEO dan pejabat pemerintah, bahkan menargetkan konferensi video dan situs web. Peneliti dari Unit 42 Palo Alto Networks menemukan bahwa ratusan domain digunakan untuk mempromosikan penipuan ini, dan domain-domain ini memiliki masa aktif yang panjang, mencapai rata-rata 142 hari.
Untuk mencegah ancaman deepfake, organisasi harus:
Menguatkan Pertahanan Siber: Fokus pada deteksi dini dengan analisis visual dan kesadaran akan kelemahan keamanan yang umum.
Menggunakan Alat Deteksi Khusus: Teknologi seperti Advanced URL Filtering dapat membantu memblokir URL berbahaya secara real-time.
Peningkatan Edukasi dan Kesadaran: Masyarakat perlu diedukasi tentang ancaman deepfake, khususnya untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi konten palsu.
Deteksi dan pencegahan proaktif sangat penting dalam menghadapi evolusi kejahatan siber yang berbasis AI ini.