TelisikNusantara.com – Bank Dunia mengungkapkan bahwa 26 negara termiskin di dunia, yang menampung 40% populasi paling miskin, kini menghadapi beban utang yang semakin berat. Dalam laporan “Fiscal Vulnerabilities in Low-Income Countries” yang dirilis pada Senin (14/10/2024), disebutkan bahwa negara-negara ini lebih miskin sekarang dibandingkan sebelum pandemi Covid-19, meski banyak negara lain telah pulih. Pendapatan per kapita di negara-negara tersebut masih di bawah US$1.145 per tahun.

Hampir separuh dari negara-negara tersebut kini berada dalam kesulitan utang atau berisiko tinggi, dua kali lipat dari jumlah pada 2015. Bahkan, kemampuan mereka untuk menarik pembiayaan berbiaya rendah semakin terbatas. Pada 2022, bantuan pembangunan resmi menurun ke titik terendah dalam 21 tahun terakhir, hanya sebesar 7% dari PDB.

Pandemi Covid-19 memperburuk situasi, meningkatkan defisit fiskal yang belum sepenuhnya pulih. Pada 2023, defisit fiskal masih sebesar 2,4% dari PDB, tiga kali lebih besar dari rata-rata negara berkembang. Anggaran pemerintah yang seharusnya dialokasikan untuk sektor kesehatan dan pendidikan, kini banyak digunakan untuk kebutuhan mendesak seperti pembayaran utang dan subsidi.

Kondisi semakin parah karena dua pertiga negara-negara ini juga tengah menghadapi konflik bersenjata atau ketidakstabilan sosial, yang menghalangi investasi asing. Bencana alam juga memberikan dampak besar, dengan kerugian rata-rata 2% dari PDB per tahun selama satu dekade terakhir, lima kali lebih tinggi dibandingkan negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Selain itu, negara-negara ini juga menghadapi biaya adaptasi perubahan iklim yang lebih besar. Bank Dunia mencatat, mereka harus menanggung biaya setara 3,5% dari PDB per tahun untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, lima kali lipat lebih tinggi daripada negara-negara berpendapatan menengah ke bawah.

Leave a Reply

Related Posts